Langsung ke konten utama

Olok-olok Surabaya








4 Olok-olok Surabaya yang Mulai Langka dan Cara Penggunaannya

   
 
Olok-olok Surabaya tidak hanya jancuk. Meski olok-olok ini sudah go nationalsetelah dipopulerkan Presiden Jancukers Indonesia Sudjiwo Tedjo, sebenarnya masih banyak khasanah lain yang tak kalah keren. Hanya, penggunaannya yang sudah mulai berkurang.
Apa saja olok-olok itu. Mari kita let’s go!
1.Tembelek Kingkong (kata benda)
Tembelek kingkong ini adalah olok-olok dengan derajat kemarahan 7 atau 8 (rasio 1-10). Kata ini termasuk dalam kata majemuk. Yakni, kata yang terbentuk dari dua kata bermakna berbeda untuk membentuk satu makna baru (jika ini bikin kalian bingung maka fix pelajaran Bahasa Indonesia kalian di bawah rata-rata).
Arti harfiah tembelek kingkong kurang lebih tembelek seng gedene sak kingkongatau tembelek yang dikeluarkan makhluk bernama kingkong. Kalian bayangkan sendiri lah, aku wes mulai muneg iki
Jika dilihat dari kata pembentuknya, tembelek kingkong terdiri dari dua kata, yaknitembelek dan kingkong. Jika yang dipakai hanya tembelek, maka derajat kemarahan saat mengungkapkannya drop hingga di bawah angka 5. Misal dalam kalimat berikut:
Tembelek kon dijak ngopi mbulet ae.
Tembelek kon jare dadian ternyata mbujuk. (masih terasa kedamaian dalam mengungkapkannya)
Nah, jika kata tembelek diberi kata kingkong maka level kemarahannya akan meningkat drastis. Sebab, kingkong yang dimaksud di dalam kata majemuk ini berhubungan dengan ukuran. Kingkong adalah monyet raksasa imajinasi manusia. Ukurannya? Tak terukur. Pokoknya gede. Coba lihat trailer film King Kong. Lak temenan guede. Bahkan sak dinosaurus!
Bagaimana penggunaannya?
Karena tembelek kingkong adalah kata benda, maka dia bisa dipakai sebagai sebutan langsung seperti ini.
 2. Makmu Kiper (kata benda)
Makmu kiper ini secara tekstual berarti emakmu alias ibumu jadi kiper atau penjaga gawang. Asal usul terbentuknya kata (yang juga masuk dalam kata majemuk) ini memang menjadi perdebatan di antara ilmuwan #halah.
Tapi paling tidak begini ceritanya. Jadi, jika sedang main bal-balan kampung saat kita masih anak-anak, pemain dengan talenta terbaik selalu maju jadi penyerang. Sedangkan yang kemampuannya biasa-biasa saja jadi bek. Nah, kalau ada anggota tim yang kemampuannya paling buruk dia akan jadi kiper.
Kenapa jadi kiper? Sebab, dia tidak mungkin mencetak gol. Kalau dia jadi bek, justru membahayakan karena akan jadi bulan-bulanan. Paling gampang adalah “membuangnya” jadi kiper. Nanti jika diserang, para pemain lain akan berkumpul untuk menjaga gawangnya rame-rame.
Karena itu, profesi kiper dalam bal-balan kampung level anak-anak adalah sebuah hinaan yang teramat hina. Jadi, jika emakmu dianggap kiper, maka ini adalah olok-olok dengan level kemarahan 10 (rasio 1-10). Sebab, ini sudah melibatkan nama baik keluarga!
Penggunaannya gampang karena bisa langsung dipakai tanpa embel-embel yang lain. Misalnya begini:
X: Jon, akik ini berapa harganya?
Y: Rp 10 juta ae, Jon. Gawe konco dewe.
X: Yak opo nek Rp 1 juta ae?
Y: Makmu kiper! Ini belinya saja nggak boleh segitu!
X: Makku gak kiper. Makku striker…
(dialog selanjutnya tidak perlu diteruskan)
Untuk berkelit, bisa juga dengan memanfaatkan trik Andie Peci berikut ini.
3. Preketek (kata sifat)
Preketek bisa berupa kata benda atau kata sifat. Kepastian apakah ini kata benda atau kata sifat memang tidak pernah diputuskan dalam sidang para ahli bahasa #lhuk. Namun, menurut saya ini lebih sebagai kata sifat daripada kata benda.
Sependek pengetahuan saya, ungkapan preketek ini sebagai upaya untuk menirukan suara yang tidak nyaring. Misalnya, suara knalpot brong anak-anak hobi konvoi. Karena itu, preketek lebih pas digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan indra pendengar. Misalnya, “Semua omongan anak itu preketek!”.
Tapi tentu saja setiap kata, seperti juga tulisan—mengutip sastrawan Budi Darma—menjalani takdirnya masing-masing. Preketek mengalami perluasan makna. Dari sekadar berhubungan dengan indra pendengar menjadi yang lebih luas lagi.
Seperti lagu penyanyi dangdut koplo asal Jombang Citra Icikiwir.
O sayangku wajahnya preketek
Soulmateku bodynya preketek
Lantas, apa arti preketek? Tujuan ungkapan ini adalah untuk menyatakan remeh, tidak penting, sepele, terhadap obyek yang dinilai preketek. Misalnya, “Halah, tulisan ini preketek!”.
4. Kementhus (kata sifat)
Kata kementhus sepanjang yang saya tahu memang bukan monopoli Surabaya. Di beberapa daerah dengan budaya Jawa lainnya, kata kementhus juga akrab. Tapi mungkin dengan penekanan makna berbeda.
Di Surabaya, kata ini mengalami penyempitan makna. Artinya adalah sok tahu. Tidak ada yang lain. Di daerah lain, kata ini bisa berarti takabur.
Karena maknanya simpel, tidak sulit menggunakannya. Bilang saja bahwa seseorang kementhus, cukup. Misalnya, “Para pengamat politik itu semuanyakementhus!” Tapi tentu mereka akan menjawab, “Kalau nggak kementhus, kaminggak payu, Rek.”
Apakah ada lagi yang lainnya? Silakan tambahkan di kolom komentar atau tulis episode lanjutan tulisan ini di MakNews.id.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takaran Thinner Dan Cat

KECAP NUSANTARA